Jumat, 25 Desember 2015

Hubungan Intim Dalam Tradisi Jawa

Salah satu penyebab munculnya manusia-manusia yang kurang berbudaya karena sikap dan tindak tanduknya tidak sesuai kaidah dan tatanan menurut para leluhur di Jawa adalah karena sejak lahir manusia tidak disiapkan. Persiapan itu bahkan terjadi sebelum seorang manusia lahir. Diyakini jika sesuatu tidak dimulai dengan cara atau jalan yang benar maka akibatnya adalah kesalahan yang menumpuk. Artinya sejak awal pembentukan manusia (hubungan intim) terjadi, kita tidak bisa sembarangan.


Dalam berbagai lakon carangan wayang kulit Purwa karya Wali Sanga proses kelahiran menjadi sesuatu yang penting. Kalau ada kekeliruan bisa mengakibatkan bahaya di masa depan (dewasa). Proses yang keliru itu disebut "Salah Kawitane, Bilae Wekasane" atau salah pada awalnya (salah cara senggamanya sehingga celaka sampai akhir).

Kisah-kisah pewayangan yang menggambarkan kekeliruan itu antara lain 'Kisah Begawan Abiyasa', 'Hikayat Sri Rama', 'Aji Dipa Manunggal' (kisah lahirnya Pendawa Lima). Ada juga kisah yang menuju pemahaman tentang wedharing kawruh sangkan paraning dumadi (uraian pengetahuan tentang awal mula kehidupan) dalam lakon 'Bima Mencari Tirta Perwita Suci' yang mengajarkan inti falsafah kehidupan.

Beragam kisah ini menjadi contoh jelas bahwa konsep spiritual tentang nikah rohiah diharapkan dapat menurunkan generasi penerus yang berkualitas.

Sepasang manusia sudah menyiapkan diri secara total dalam olah rasa, karsa dan ciptanya pada waktu menjelang (saat dan sesudah) melakukan hubungan intim atau penyatuan raga dan jiwa yang telah diikrarkan dalam bentuk nikah jasmani (upacara pernikahan) untuk mendapatkan keturunan dan generasi yang bermutu.

"Secara rasional-emosional hal ini mungkin dianggap mimpi terutama bagi mereka yang tidak mau belajar spiritualisme Jawa dan dianggap mitos. Tetapi kenyataannya memang selama ini begitu adanya,"ujar Budiono Herusatoto dalam bukunya Seks Para Leluhur.


0 comments:

Posting Komentar